Sudah
dua tahun setelah pernikahanku dengan Via, walaupun kami belum
diberkahi dengan seorang anak namun aku dan istriku bisa menjalani hidup
sederhana yang bahagia. Kami bisa menjalani kebahagiaan kami yang
dengan sangat sederhana ini semata-mata karena istriku yang sangat
sabar. Kesabarannya selalu saja bisa meluluhkan emosiku yang kadang mau
meledak dengan sangat keras bila aku sedang sharing dan menceritakannya
beberapa masalah tentang pekerjaan dan lain-lain. Dia tidak pernah
berbicara keras denganku ketika saya mengajaknya bercerita. Entah pernah
makan apa istriku karena dia bisa sangat sabar dengan kesederhanaan
hidup kami, padahal jika sebenarnya dia mau maka aku pasti bisa
mendapatkan sebuah pekerjaan yang lebih dari sekedar menjadi seorang
pengajar bahasa yang mengajar di sebuah kursusan kecil yang tidak
terlalu terkenal.
Saat
itu ketika aku sedang menceritakan tentang pekerjaan yang lebih
menjanjikan yang dengan gaji yang cukup tinggi di banyak perusahaan di
kota besar seperti ini bisa meningkatkan taraf hidup kami, bahkan aku
juga memakai alasan jika kami bisa membangun rumah yang lebih besar lagi
dari pada tempat kecil kami sekarang yang masih harus sibuk-sibuk jika
musim hujan tiba. Namun yang dikatakan istriku pada saat aku
mengutarakan itu semua malah tidak seperti orang lain pada umumnya yang
banyak memimpikan rumah besar.