obrolan 2 orang teman yang sedang membaca sambil
minum kopi disebuah warung)
A : eh, tolong bukuku dong !
B : oh ia nih, maaf tangan kiri !
A : oh ia gak papa!
(Obrolan tangan kiri dan kanan (tokoh B))
Kiri : T____T, aku tidak tau apa sih yang salah
dariku yang selalu saja dianggap salah!
Kanan : sabar
saudaraku, bos kita mungkin belum tau bahwa kita berdua mesti sama – sama
dihargai...saya juga kadang selalu merasa letih karena suruhan yang berlebihan...!!
Kiri : tapi kamu mah masih enak karena masih
disayang, dan selalu mendapat tugas mulia dari bos..Lah sedangkan saya gimana?? Rasanya
bos hanya manis d kamu saja, q merasa selalu d tangan tirikan....
Kanan : bukan begitu...km salah..km..
Kiri : sudahlah ..!memang sudah takdirku mungkin
seperti ini...walaupun aku hanya ingin di anggap sama bergunanya dirimu,namun
kenyataannya aku seperti sampah dimata bos..Lebih baik aku minggat saja...sudah
tidak ada gunanya aku disini terus!!
Kanan : jangann saudaraku...klo km tidak ada siapa
yang menemaniku kelak??...aku masih sayang sama km...
Kiri : aku juga sayang sama kamu saudaraku...namun
apa daya inilah keputusanku....Selamat tinggal saudaraku...Assalamualaikum..(breem
breeeem..)
Kanan : Walaikumsalam...Eh
eh tungguuuuuu...aku ikuuuttt...aku tidak mau tersiksa oleh bos....oeee..saudarakuuuuu...tungguuuu...!!(ngikkk
nguuuk ngiiik nguukkk..)
Dalam
adat budaya Indonesia yang mungkin ada dalam semua suku di indonesia seperti
suku jawa, bugis, madura, makassar, dan lain sebaganyai. Kita sering kali
mempraktekkan salah satu adat kesopanan itu yaitu kesopanan memberi dengan
tangan kanan. Mungkin memang tidak ada masalah dalam hal ini apalagi menyangkut
adat kesopanan yang sudah diturun – temurunkan melalui generasi yang terdahulu,
namun bukan berarti tangan kiri itu menjadi tangan tiri yang selalu diabaikan
keberadaannya. Maksud saya ada sedikit kesalahpahaman penerapan adat kesopanan
itu yang sangat jarang sekali untuk mau ditelusiri. Contoh ketika orang yang
lahir dengan kelengkapan tangan kanan dan kiri (tidak termasuk orang kidal)
yang dari kecil sampai dewasanya hanya menggunakan tangan kanan sebagai bagian
tubuh bantu utama akan mendapati dirinya dalam ketidakbiasaan penggunaan tangan
kiri.
Dan
terkadang dalam keseharian kegiatan orang – orang (tidak termasuk orang kidal)
lebih memprioritaskan tangan kanan ketimbang tangan kiri yang akhirnya
mereduksi bakat dari tangan kiri yang seharusnya bisa digunakan selayaknya
aktifitas tangan kanan. Bukankah manusia yang lahir dengan tubuh lengkap
semestinya mampu menggunakan kelengkapan yang telah di anugerahkan itu sebaik –
baiknya dalam artian tidak menghilangkan adat dan budaya yang telah kita punya
sejak dahulu kala? Semisalkan ketika seseorang yang kelebih tangan kanan mempunyai
kegiatan kesukaan yaitu menulis, namun tanpa disangka – sangka mendapatkan
masalah di tangan kanan yang akhirnya menghentikan kegiatan kesukaannya atau
mungkin memulai dari awal dengan latihan bersama tangan kiri yang tentu saja
membutuhkan waktu dan proses kebiasaan. Artinya ketika dalam hal seperti ini
benar – benar terjadi berarti ada sebuah pemaknaan terhadap tangan kiri sebagai
cadangan yang hanya dibutuhkan pada saat tertentu, padahal sekali lagi saya
tekankan manusia yang lahir dengan kelengkapan tubuh yang telah dianugerahkan
semestinya mampu mempergunakannya dengan sebaik – baiknya.
Coba
kita lihat orang – orang tidak memiliki kelengkapan tubuh sebagaimana orang –
orang lain yang telah di anugerahkan kelengkapan tubuh. Manusia yang sering
kita namai cacat karena kekurangannya malah sering kali mampu menggunakan
keterbatasan yang ada pada mereka dengan sangat baik. Disini artinya kita yang
seharusnya telah banyak melihat kehebatan – kehebatan mereka yang disebut cacat
itu juga mampu belajar dari mereka dalam menghargai kelengkapan yang telah
diberikan kepada setiap manusia ketika lahir. Dan dari sini sayapun memikirkan
sebuah pertanyaan tentang kata cacat yaitu “sebenarnya yang cacat itu orang
yang disebut cacat karena keterbatasan namun mampu menjadi memberikan sebuah
keahlian karena keterbatasan mereka sendiri atau orang yang disebut normal
dengan segala kelebihan mereka namun tidak mampu meng”ahlikan” diri mereka dengan kelebihan itu sendiri??”
Memang
sangat benar setiap bangsa dan suku yang memiliki adat budaya yang berbeda –
beda itu adalah seuatu keharusan untuk menjaga jatidiri kebangsaan dan suku itu
sendiri, apalagi kita sebagai bangsa indonesia yang memiliki adat budaya kesopanan
yang dikenal dunia dan tentu saja harus selalu dipertahankan terhadap
keberlansungan adat budaya kita sendiri sebagai sebagai karakter dan jatidiri
Bangsa Indonesia, namun bukan berarti kita adat budaya yang kita miliki disalah
artikan dengan membuat keterbatasan – keterbatasan diri sendiri dan bukan memberikan sebuah pembelokan makna
adat budaya yang telah dititipkan kepada kita untuk mengurung diri sendiri
terhadap realitas sosial yang sedang berlansung dan semakin berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar