Halaman

Jumat, 12 Oktober 2012

Surat Balasan ( Aku kehilangan Diriku)



(Aku berjalan ke arahmu, pelan dan ragu. Kepala menunduk kebawah dan satu tanganku beraksi menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, hanya simpul kusut dari senyum yang kutampakkan di depanmu. Sambil berkata) hai tante..ehehe!

Gimana kabar tante? Lama gak ketemu yah?. Yee...pasti mukamu bengkok aku panggil tante. Ia ia gak panggil tante, kan bercanda.

Itung-itung udah hampir setahun lebih (<~ngerti gak?) gak ketemu. Sempat kita sering berbalasan kata dan kalimat walaupun setelah itu aku keluar dari jalur kita namun aku tau kamu masih tetap berada pada jejak itu. Berusaha mencari jejak kehilanganku, memang benar kamu layak menghujaniku pertanyaan-pertanyaan setelah kehilanganku ini.
Tapi tenang saja nona, semua pertanyaanmu akan kujawab biar ada sedikit kelegaan di pencarianmu itu. Oh ia yang pertama-tama, tagih hutangmu di aku dongg!!biar jadi rajin gitu... ^_^

Teman, Makassar sedang dilanda musim kemarau berkepanjangan. Entah itu pun adalah sebuah virus yang menular bagi orang-orang yang jelas kemarau itu memang sedang terjadi dalam diriku, siraman yang dahulu memberiku musim yang penuh bunga sekarang telah menjadi kering kerontang. Akupun tak tahu kapan kemarau ini akan berakhir, bahkan siapa atau apakah yang bisa mengakhiri semua kepanasan ini.

Memang benar jawaban dari semua itu hanyalah Aku, namun aku yakin kamu tahu bahwa untuk seseorang,yang terpenting itu adalah seseorang lain yang bisa menemaninya bahkan untuk mengembalikan kemaraunya. Untuk saat ini orang itu adalah kamu, temanku!

Seorang pahlawan memang tak butuh jubah berwarna untuk dapat menunaikan tugasnya menlong orang lain, bahkan pahlawan itu kudapatkan dari dirimu yang hanya sekadar menyemprotkan kata-kata kepadaku, dan sekarang aku merasa kembali sehat.

Walaupun begitu janji yang dulu sempat kulontarkan kepadamu belum terlaksanakan, hal ini sangat membebani pikiranku. Maka dari itu di awal tadi kukatakan untuk engkau menagih hutangku kepadamu agar aku bisa mendapatkan motivasi untuk berusaha memulainya.

Aku ingat ketika masih di kota kecil itu bersama yang lain. Dengan sangat gampang motivasi itu kudapatkan,dan kujadikan sebuah racikan yang cukup lezat. Namun perbedaan itu sangat besar kurasakan di sini, ke acuhanku kembali dan semakin membesar. Penyebabnya berbagai macam yang di dalamnya ada kemarahan, kesenangan, rasa bersalah, bahkan kekecewaan. Dan itu semualah penyebab kemarau ini.

Aku sangat berharap engkau sahabatku akan selalu ada untukku, menjagaku saat kemarau dalam diriku hendak menampakkan kembali panasnya. Karena entah pada siapa lagi aku mesti berharap di sini, aku seakan kehilangan biji untuk kutanam kembali dari buah manis yang telah kuhabiskan.

Teman, ini adalah celotehku yang sempat menghilang. Aku tahu ini mungkin sangat singkat bahkan untuk kau dalami. Namun aku masih punya banyak bahan untuk kucuap-cuapkan denganmu, tapi aku mau menyimpan itu untuk kiriman yang berikutnya.

Dan sebelumnya Thanks yak Bunda Wulan, because of you i got this spirit back.
PS : Don’t stop forcing me to write, i’m begging u.

1 komentar:

  1. seperti bocah kecil yang terlonjak mendapati sebuah es krim cokelat di tangan kanannya, pun aku yang mendapati kabarmu.. selamat datang kembali, kawan.. mari kita bercumbu dalam kata, semoga dengannya jiwa kita bisa kaya tidak hanya dalam jutaan huruf terangkai makna tapi juga rasa :)

    BalasHapus